Jebakan.
Cilla berhenti pada sebuah rumah besar yang gerbangnya tertutup dengan sangat rapat. Rumah tersebut sangat sepi, seperti tidak berpenghuni. Padahal Cilla sudah datang ke alamat yang benar.
Cilla tersentak ketika merasakan sebuah tepukan pada bahunya, gadis itu menoleh kebelakang, menatap kesal Carlos yang ternyata berada diluar dengan kantong plastik putih yang berisikan beberapa belanjaan. “Lo ngagetin saja sih!” kesal Cilla.
Carlos tidak menjawab apapun. Dengan sedikit kasar, lelaki itu menarik Cilla masuk kedalam rumahnya dan mendorong Cilla begitu saja hingga gadis tersebut jatuh ke lantai dengan cukup keras. Cilla meringis, merasakan perih pada telapak tangannya karena harus menahan badannya sendiri agar tidak langsung terbentur ke lantai.
“Aw! Lo apa-apaan sih, Car?!” Cilla menoleh pada lelaki yang berdiri dihadapannya, menatap gadis itu dengan tatapan yang sangat tajam membuat Cilla merasa takut dengan perubahan sikap Carlos yang sangat menyeramkan. Baru saja gadis itu ingin berdiri, namun tangan Carlos lebih dulu menekan kedua rahang Cilla hingga gadis itu tidak dapat berbicara dengan jelas.
“Lo mau nyoba jadi pahlawan kesiangan buat Senaru?” tanya Carlos, intonasinya merendah tapi sangat menakutkan untuk di dengar. “Jangan banyak gaya mau nolongin Senaru buat buktiin kalo dia gak salah!” Carlos menghempaskan kepala Cilla dengan cukup kuat.
Tak ada perlawanan apapun dari gadis itu. Cilla hanya terdiam dengan tubuh yang sedikit bergetar karena ketakutan yang ia rasakan.
“Car, lo temennya kan? Harusnya lo bantu William supaya gak marah sama Senaru! Dia bukan pelakunya!”
“Bantu? Buat apa gue bantu? Buat masuk ke perangkap sendiri? Jangan mimpi!”
Gadis itu terdiam ketika Carlos menyebutkan beberapa kata mencurigakan didalam kalimatnya. Perangkap sendiri? Apakah Carlos yang melakukan itu semua?
“Lo... lo yang jebak Senaru kan?!” tanya Cilla dengan sangat lantang. Tawa keras yang menjadi jawaban membuat gadis itu menatap kebingungan. Carlos, lelaki itu mendekat hingga mereka tidak memiliki jarak untuk bernafas dengan bebas.
“Kalo iya, emang kenapa? Lo mau lapor polisi? Emang ada bukti? Hah?!” Cilla tersentak saat tangan Carlos menjambak rambutnya dengan cukup keras hingga gadis itu mendongak. “Gue punya alasan kenapa gue lakuin itu semua! Lo jangan jadi sok pahlawan lagi atau gue bakalan lakuin lebih dari ini supaya lo tutup mulut?!” Bentak Carlos dengan keras. Lelaki itu melepaskan jambakannya, menjauh dari Cilla yang sudah terlihat sangat berantakan sekarang.
“Keluar, sebelum gue lakuin hal lebih ke lo.”