Sampai...
Langkah lebar milik lelaki berhoodie putih itu dengan sangat ragu menjalankan langkah lebarnya pada ruang inap milik sahabatnya. Ia menghela nafas berat ketika mengingat pesan dari omnya tadi siang. ALS adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, artinya Derren siap tidak siap dan cepat atau lambat harus kehilangan sahabat satu-satunya.
Dengan perlahan lelaki itu membuka pintu ruangan milik Julian. Bau obat-obatan dan juga alkohol langsung sangat menyengat ketika lelaki itu masuk kedalam. Disana, diatas ranjang rumah sakit terdapat sahabatnya yang terbaring sambil memainkan ponselnya. Ada perasaan lega karena Julian terlihat baik-baik saja, namun pada kenyataannya Julian sedang menunggu maut menjemput dirinya.
Julian yang menyadari kehadiran Derren diruangannya langsung saja menaruh ponsel tersebut diatas meja. Lelaki itu menatap bingung kearah Derren yang hanya diam saja.
“Lo ngapain kesini, Der?”
“Gue mau liat keadaan lo yang katanya lagi di Bali.” Sarkas Derren dengan begitu tajam namun membuat Julian tertawa pelan.
Lelaki itu mendengus kesal, pasalnya ia sedang tidak bercanda atau melawakan sesuatu. Derren sangat kesal karena Julian telah membohonginya selama ini.
“Sejak kapan?” Tanya Derren setelah ia duduk dikursi samping ranjang milik Julian.
Julian terdiam untuk berfikir sejenak. “Sekitar...sebulan lalu? Waktu itu gue sering banget jatuhin barang atau kaki gue gak bisa digerakin sampai jatuh. Gue gak tau kenapa, tapi setelah gue periksa keadaan gue akhirnya gue tau.” Julian tersenyum tipis setelah menjelaskan. Lelaki itu menatap kedua kakinya yang sudah benar-benar tidak bisa digerakan kembali.
Derren hanya terdiam setelah mendengarkan penjelasan dari Julian. Membuat ruangan yang cukup luas itu diselimuti dengan keheningan. Tak ada yang membuka pembicaraan kembali karena sibuk dengan pemikirannya masing-masing.
“Der, gue boleh minta tolong?” Pertanyaan yang dilontarkan oleh Julian berhasil memecahkan keheningan yang ada. Derren menoleh dengan cepat, sebelah alisnya terangkat seolah-olah bertanya 'apa?' Kepada lelaki yang ada dihadapannya.
“Jari-jari gue mulai susah digerakin. Bisa gantiin gue buat ngetik gak? Lira belum tau kondisi tentang gue dan tolong jangan kasih tau dia. Gue cuman mau lo gantiin gue buat ngetik, ya?” Julian berujar dengan tatapan memohonnya. Menatap Derren dengan penuh harap, berharap Derren mengiyakan permintaannya.
“Sampai kapan lo nutupin ini semua dari Lira?”
“Sampai gue siap ngeliat dia nangis karena gue, Der.”