Tanpa Keraguan.
Delian Afiano. Seorang pria yang memiliki satu anak perempuan dan telah berpisah dengan sang istri sejak satu tahun yang lalu. Semenjak perpisahan itu, hidup Lian terasa berputar sangat hebat. 180° dari yang Lian rasakan sebelumnya.
Langkah lunglai pria itu sangat terlihat ketika ia ingin memasuki rumah besar namun sangat sepi didalamnya. Tidak ada sambutan hangat atau pun perbincangan hangat seperti dulu kala. Ingin ia menyalahkan dirinya, namun Lian merasa jika ini bukan kesalahan dirinya ataupun kesalahan Ella. Semuanya berlalu diluar dugaan mereka berdua.
Helaan nafas kasar terdengar ketika Lian memegang gagang pintu rumahnya, ia harus bersiap untuk kembali masuk dan mengingat tentang semua kenangan bersama dengan Ella. Kenangan manis yang mereka lakukan, dan kenangan buruk yang mereka lewati bersama.
“Mas Lian!!” Teriakan seorang perempuan yang sangat Lian kenali berhasil mengurungkan pria itu untuk membuka pintu.
Lian berbalik badan, belum ada 10 detik ia berbalik sudah ada yang menubruk tubuhnya dengan sangat kencang. Membuat Lian hampir terjatuh jika ia tidak bisa mengimbangkan dirinya.
Ella, perempuan itu memeluk Lian dengan sangat erat. Menangis sekuat-kuatnya didalam pelukan Lian. Menumpahkan seluruh rasa yang telah mengganjal sejak satu tahun yang lalu.
Sejujurnya, Ella sangat merindukan pria itu. Ella sangat menginginkan pria itu kembali kedalam dekapannya. Namun, rasa sakitnya saat itu masih memuncak. Sampai ketika Lian memberitahu tentang keinginannya, sakit Ella seakan tersihir dan hilang begitu saja.
“El...” Panggil Lian ketika pria itu membalas pelukan Ella dengan sangat erat. Menghirup aroma rambut khas milik Ella yang sangat menenangkan untuk Lian.
“El, jangan pergi lagi. Aku mohon. Jangan tinggalin aku dan ninggalin semua kenangan yang gak bisa aku hapus. Kembali sama aku, Ella. Aku gak bisa kalau tanpa kamu.” ujarnya tanpa ada rasa takut tertolak dari sang perempuan.
Ella mengangguk dengan keras, mengiyakan ucapan Lian tanpa adanya sepatah kata pun yang keluar. Tangisnya terlalu keras sehingga gadis itu terlalu sulit untuk berbicara.
“Ella, hidup dengan aku dan Ana lagi sampai selamanya ya? Kita buat kenangan dan kebahagiaan yang lebih banyak dari sebelumnya. Aku sayang kamu, Ella. Kamu cinta terakhir aku. Jangan pergi kalau bukan maut yang memisahkan kita. Aku mohon.”